"Pemenang harus bergaul dengan pemenang" Zig Ziglar
Saya teringat dengan cerita seorang senior tentang harga Coca Cola. Coca Cola dengan ukuran dan kemasan yang sama dapat jauh lebih mahal harganya jika dijual di Hotel Berbintang dibandingkan dengan yang dijual di pinggir jalan atau di warung-warung kecil. Yang membuat dia berbeda adalah tempat dia dijual.
Lingkungan mempengaruhi 'harga'...
Hal ini juga dapat diterapkan dalam kehidupan manusia. Lingkungan tempat kita hidup mempengaruhi cara pandang kita terhadap kehidupan. Walaupun sebenarnya bukan hal mutlak karena toh manusia diberikan kemampuan khusus oleh Penciptanya untuk memilih hal-hal dalam hidupnya tapi faktor lingkungan cukup memegang andil dalam pembentukan karakter.
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang keras akan menjadi anak dengan karakter yang keras. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan berkecukupan akan menganggap bahwa kehidupan itu mudah dan memperoleh segala sesuatu itu tidaklah sulit. Tinggal minta pasti disediakan. Lingkungan menempa manusia yang hidup didalamnya agar cocok dengan lingkungan tempat hidupnya. Lingkungan keras menempa manusia dengan keras agar tidak hancur dibawah tekanan hidup di lingkungan yang keras. Lingkungan yang penuh kasih sayang menempa manusia dengan kasih sayang dan mengajarkan bahwa kasih sayang lah kunci untuk mendapat segala sesuatu. Sebenarnya tidak hanya dua jenis lingkungan itu yang ada. Keduanya hanya saya pakai sebagai contoh. Mungkin malah kenyataannya yang paling sering kita temukan adalah kombinasi dari keduanya. Kan hidup ini tidak hanya hitam, putih dan abu-abu. Ada merah, biru, kuning, hijau, orange, cokelat, dan bahkan pelangi.
Tetapi...
Menyadari bahwa pengaruh lingkungan itu cukup dominan dalam pembentukan karakter, maka merupakan suatu pilihan bebas bagi setiap manusia untuk memilih di lingkungan seperti apa dia mau menempa dirinya (bagi yang optimis dan aktif) atau lingkungan seperti apa dirinya mau ditempa (bagi yang optimis namun pasrah).
Semua sepertinya semua sepakat jika menyangkut karakter manusia yang paling baik adalah yang tegas namun penuh pengertian, optimis namun bersikap logis, dan penuh kasih sayang terhadap sesamanya. Pada dasarnya semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebaikan dan patut dipuji, semuanya itu diterima dimana saja sebagai nilai-nilai luhur secara universal. Tidak ada yang menganggap hal itu tidak benar atau menolak itu sebagai sesuatu yang baik dan tidak bisa diterima.
Menciptakan manusia dengan kualitas yang baik seperti itu sungguh merupakan suatu perjalanan yang penuh proses.
Menjadi orang yang 'baik' itu tidak mudah. Banyak proses penyangkalan diri didalamnya.
Beberapa cara yang efektif untuk mempermudah proses menjadi 'baik' adalah dengan bergaul dengan orang-orang yang sudah lebih dulu menjadi baik atau dengan orang-orang yang bercita-cita menjadi baik.
Bergaul di lingkungan yang penuh optimisme akan menularkan sifat-sifat optimisme kepada kita untuk menghadapi hidup dengan optimis. Bergaul di lingkungan para pemenang menularkan semangat pemenang kepada kita untuk terus menjadi pemenang dalam perlombaan hidup.
Pada saat Mark Victor Hansen sang penulis buku best seller Chicken Soup of the Soul 'baru' berpenghasilan jutaan dollar dia bertanya kepada Anthony Robbins seorang pembicara sukses, "Penghasilan anda begitu besar, bagaimana saya juga bisa seperti anda?". Robbins bertanya balik : "Siapa teman-teman anda?". Jawab Hansen "Para Jutawan". "Itulah masalahnya. Anda harus bergaul dengan kelompok miliarder, pasti mereka akan membuat anda berpikir pada tingkatan miliarder." jawab Hansen.
Cara yang sulit namun efektif adalah menempatkan diri kita pada lingkungan yang menguji keseriusan kita untuk menjadi 'baik'. Berarti didalamnya ada banyak cobaan dan ujian untuk menjadi tidak 'baik'.
Misalnya seorang pengeluh yang ingin sembuh dari kebiasaan mengeluhnya. Bertemu dengan orang yang lebih banyak mengeluh daripada dia merupakan cara untuk menyadarkan dia bahwa jadi orang yang hobi mengeluh itu sangat tidak menyenangkan. Semua orang punya masalah, tidak perlu menceritakan masalah anda dan mengeluhkan segala sesuatu tentang hidup anda kepada orang lain. Seorang pemarah seringkali harus bertemu dengan orang yang lebih pemarah dari dia agar dia sadar bahwa dimarahi itu menyebalkan dan tidak enak didengarkan.
Namun...
Jika direnungkan, bukankan orang baik itu ada karena ada orang lain yang disebut tidak baik. Tapi kembali lagi kepada kebebasan kita untuk memilih. Mau jadi bagian dari orang-orang baik atau orang-orang tidak baik.
Lebih daripada itu.... Mau jadi orang yang dipengaruhi lingkungan, atau lingkungan yang mempengaruhi orang. Alangkah baiknya kalau kita jadi lingkungan yang baik bagi orang-orang yang mau menjadi baik.
Saya sendiri sudah menyerah dari berpendapat naif bahwa dunia itu hanya hitam dan putih. Karena warna favorit saya sendiri Orange. Manusia itu tidak bisa selalu menjadi baik dan tidak melulu jahat. Semua punya kekurangan dan kelebihan, sisi baik dan sisi buruk. Keseimbangan dari kedua sisi tersebut menciptakan harmoni/ keseimbangan. Segala sesuatu yang seimbang sepertinya akan lebih baik daripada berat sebelah.
Lagi-lagi walaupun...
Lebih baik panas atau dingin daripada suam-suam kuku....
Maafkan jika dalam tulisan saya, saya sering bersifat sok tahu. Semoga saya tidak menggurui anda, dan semoga tulisan ini berguna..
Semoga memberkati...
No comments:
Post a Comment